Download Media PTT Sejarah Kelas X, XI, XII

Dalam era digital seperti saat ini, penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi menjadi sebuah kebutuhan untuk menunjang proses pembelajaran yang lebih efektif dan menarik. Salah satu media yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran sejarah adalah PowerPoint (PPT). Media ini tidak hanya mempermudah penyampaian materi, tetapi juga membantu siswa untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara visual dan sistematis.



PowerPoint memungkinkan guru untuk menyajikan materi dalam bentuk teks ringkas, gambar, peta, infografis, bahkan video singkat yang relevan dengan topik pembelajaran. Misalnya, ketika membahas tentang masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, guru dapat menampilkan peta kekuasaan, foto peninggalan sejarah, serta garis waktu perkembangan kerajaan secara terstruktur. Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima materi secara verbal, tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya secara visual.

Selain itu, media PPT juga memberi ruang bagi guru untuk melakukan pembelajaran interaktif. Guru dapat menyisipkan kuis, pertanyaan reflektif, atau diskusi kelompok berdasarkan slide yang ditampilkan. Hal ini mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran, serta meningkatkan daya ingat dan pemahaman mereka terhadap materi sejarah yang diajarkan.

Penggunaan PPT juga mendukung prinsip pembelajaran berdiferensiasi. Siswa dengan gaya belajar visual, misalnya, akan lebih terbantu dengan tampilan yang menarik, sedangkan siswa dengan gaya belajar verbal dapat tetap mengikuti alur narasi guru yang terstruktur melalui slide. Dengan demikian, PowerPoint bukan hanya alat bantu presentasi, tetapi juga media pembelajaran yang mendukung pendekatan pedagogis yang lebih inklusif.

Dengan memanfaatkan PowerPoint secara optimal, guru sejarah dapat menciptakan pembelajaran yang lebih hidup, relevan, dan bermakna. Hal ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan pentingnya pembelajaran yang berpihak pada siswa, serta mengembangkan kompetensi berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif melalui pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.


Download disini

Related Posts:

PPT SEJARAH KELAS XI - BAB 1 Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia


 

Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia

Selamat datang dalam presentasi ini! Kita akan menyelami sejarah kolonialisme yang mencengkeram Nusantara dari abad ke-16 hingga ke-20. Mari kita pahami akar dominasi asing, menelusuri perjuangan panjang bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, dan merefleksikan relevansi sejarah ini bagi pembentukan identitas nasional kita kini.

Download ppt (pdf)

Related Posts:

PPT SEJARAH KELAS X - BAB 1 Konsep Dasar Ilmu Sejarah


Konsep Dasar Ilmu Sejarah

Selamat datang di pengantar mata pelajaran Sejarah Kelas X. Sesi ini akan membantu kita memahami fondasi penting dalam mempelajari sejarah, sebuah ilmu yang tidak hanya melihat ke belakang, tetapi juga menjadi alat vital untuk memahami masa lalu, masa kini, dan merencanakan masa depan kita.

Download ppt (pdf)

Related Posts:

KURIKULUM MERDEKA - PERANGKAT PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X


Perangkat Pembelajaran Sejarah Kelas X Kurikulum Merdeka: Membangun Kesadaran Historis Sejak Dini Kurikulum Merdeka membawa semangat baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu muatan penting dari kurikulum ini adalah penguatan pembelajaran berbasis kompetensi dan diferensiasi. Mata pelajaran Sejarah di kelas X pun mengalami penyesuaian, baik dari segi konten, pendekatan, hingga cara penilaiannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, penyusunan perangkat pembelajaran Sejarah menjadi langkah awal yang krusial dalam menciptakan pembelajaran yang kontekstual, relevan, dan bermakna.

1. Fungsi Strategis Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran bukan sekadar administrasi, tetapi peta jalan pembelajaran yang memuat arah, strategi, dan metode yang akan digunakan guru. Di dalam Kurikulum Merdeka, perangkat ini terdiri dari Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar, dan Asesmen Pembelajaran. Semua komponen ini dirancang untuk membentuk pengalaman belajar yang utuh dan berpusat pada peserta didik.

2. Capaian Pembelajaran Sejarah Kelas X Pada jenjang kelas X, capaian pembelajaran sejarah fokus pada pembentukan kesadaran sejarah, pemahaman terhadap kronologi dan dinamika peradaban manusia, serta pengenalan terhadap identitas kebangsaan. Materi mencakup perkembangan masyarakat Indonesia masa prasejarah, kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, serta interaksi awal dengan bangsa asing. Tujuannya bukan hanya memahami fakta sejarah, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan reflektif. Peserta didik didorong untuk melihat sejarah sebagai bagian dari identitas diri dan bangsa.

3. Alur Tujuan Pembelajaran dan Modul Ajar Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) disusun berdasarkan tahapan berpikir peserta didik: mulai dari mengenali, memahami, menganalisis, hingga mengevaluasi peristiwa sejarah. Modul ajar dirancang fleksibel, memberikan ruang eksplorasi melalui diskusi, pemecahan masalah, studi sumber sejarah, proyek mini, dan refleksi personal. Contoh modul ajar: "Mengenal Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Kerajaan Nusantara" yang mengaitkan nilai sejarah dengan praktik hidup sehari-hari siswa.

4. Asesmen: Menilai Proses dan Progres Asesmen dalam Kurikulum Merdeka tidak lagi menitikberatkan pada ulangan semata, tetapi juga mencakup penilaian formatif (berbasis proses) dan sumatif (hasil belajar). Refleksi, proyek sejarah, diskusi kelompok, dan jurnal belajar menjadi bentuk asesmen autentik yang digunakan untuk melihat pemahaman mendalam siswa terhadap materi.

5. Peran Guru: Fasilitator dan Inspirator Guru sejarah dalam Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi fasilitator yang membantu peserta didik menggali makna sejarah, bukan hanya menghafal fakta. Dengan perangkat pembelajaran yang dirancang adaptif dan kontekstual, guru dapat memadukan pendekatan saintifik dengan nilai-nilai lokal dan nasionalisme yang kuat.

1. Alur Tujuan Pembelajaran

2. Capaian Pembelajaran

3. Kreteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran

4. Modul Ajar

5. Program Semester

6. Program Tahunan

Related Posts:

PPT SEJARAH XII - BAB 1 PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Meskipun Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, kedaulatan bangsa ini belum sepenuhnya diakui oleh dunia internasional, terutama oleh Belanda. Oleh karena itu, periode antara tahun 1945 hingga 1949 menjadi masa krusial penuh perjuangan, baik secara fisik maupun diplomasi. Tujuan utama perjuangan ini adalah mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda yang ingin kembali menjajah.

Download ppt (pdf)

Related Posts:

PEMBELAJARAN RISET BERBASIS SCHOOL WELL-BEING DI MAN 2 TUBAN

PEMBELAJARAN RISET BERBASIS SCHOOL WELL-BEING DI MAN 2 TUBAN: STRATEGI HUMANIS DALAM MENUMBUHKAN LITERASI ILMIAH PESERTA DIDIK

Muhammad Rofiul Alim
MAN 2 Tuban

Pendahuluan Pembelajaran riset di tingkat sekolah menengah merupakan upaya penting dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan problem solving peserta didik. Namun demikian, pendekatan yang hanya berorientasi pada produk akademik sering kali mengabaikan aspek sosial-emosional peserta didik, yang justru menjadi fondasi kesiapan mereka dalam berpikir dan bertindak ilmiah. Konsep school well-being hadir sebagai pendekatan yang menyeimbangkan antara perkembangan akademik dan kesejahteraan psikologis peserta didik (Suldo et al., 2009). MAN 2 Tuban sebagai madrasah berbasis riset dan lingkungan mengembangkan pembelajaran riset dengan pendekatan well-being yang mengedepankan suasana belajar yang aman, kolaboratif, dan menyenangkan. Peserta didik diberi ruang untuk mengekspresikan ide, bekerja sesuai minat, serta terlibat dalam proses ilmiah tanpa tekanan berlebih.

Desain Pembelajaran Riset Berbasis Well-Being

Pembelajaran riset dimulai dengan pemilihan topik berdasarkan minat peserta didik. Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil dengan pembagian peran fleksibel: peneliti utama, editor, dokumentator, hingga narator. Setiap kelompok juga melakukan check-in emosi sebelum memulai diskusi dan refleksi setelah kegiatan. Ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran emosi dan membangun kerja sama yang sehat.

Prinsip Pembelajaran

  1. Mendalam yang Tercermin Pembelajaran riset ini mencerminkan tiga prinsip mendalam:
  2. Berkesadaran, karena peserta didik dilatih mengenali peran, emosi, dan dinamika kelompoknya.
  3. Bermakna, karena topik riset berhubungan langsung dengan konteks sosial dan lingkungan mereka.
  4. Menggembirakan, karena proses dilaksanakan dalam suasana yang mendukung kreativitas dan ekspresi diri.
Contoh Praktik Proyek "GFA MANDATU"
Salah satu proyek unggulan adalah Green Friday Adiwiyata MAN 2 Tuban (GFA MANDATU) yang dikembangkan oleh peserta didik dalam rangka lomba esai kehutanan. Proyek ini menggabungkan kegiatan pembibitan tanaman hutan dengan nilai pendidikan karakter dan konservasi. Proses riset dilakukan dengan pendekatan kolaboratif dan reflektif, serta memperhatikan peran aktif dan kenyamanan emosional setiap anggota kelompok.

Tantangan dan Refleksi Guru
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendekatan ini antara lain: Belum semua peserta didik terbiasa melakukan refleksi emosional secara terbuka. Guru perlu membangun keseimbangan antara target akademik dan ruang ekspresi sosial.

Simpulan

Pembelajaran riset berbasis school well-being di MAN 2 Tuban menunjukkan bahwa literasi ilmiah dapat dikembangkan secara lebih humanis dan utuh. Ketika peserta didik merasa aman, didengar, dan dilibatkan sesuai potensinya, mereka mampu menunjukkan prestasi akademik sekaligus perkembangan karakter sosial-emosional yang positif.



Related Posts:

Pembelajaran Riset Berbasis Experiential Learning di MAN 2 Tuban: Menjawab Tantangan Literasi Abad 21

Di tengah arus deras disrupsi informasi, kemampuan literasi dan riset menjadi kompetensi kunci yang harus dimiliki peserta didik abad ke-21. Sayangnya, data dari PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirilis OECD menunjukkan bahwa tingkat literasi membaca peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara anggota OECD. Lantas, bagaimana dunia pendidikan merespons tantangan ini? Di MAN 2 Tuban, salah satu madrasah di Jawa Timur, pembelajaran riset diintegrasikan secara nyata melalui pendekatan experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang mengalami, merefleksi, dan membangun pengetahuan melalui praktik nyata.

Riset yang Dimulai dari Masalah Nyata

Alih-alih menjadikan riset sebagai tugas akhir yang teoritis dan membosankan, riset di MAN 2 Tuban mendorong peserta didik untuk memulai dari hal yang dekat: lingkungan sekitar, isu sosial, hingga potensi lokal. Beberapa siswa meneliti hubungan habituasi mitos dan konservasi air di Goa Ngerong, Shalawat Badar dan KH Ali Mansur, dan persepsi tentang Bus Mas Ganteng. Pendekatan ini membangun critical thinking dan problem solving yang nyata, sekaligus menumbuhkan kepekaan sosial dan semangat kontribusi. Sesuai dengan tahapan experiential learning dari David Kolb, dimulai dari pengalaman konkret (concrete experience), refleksi (reflective observation), konseptualisasi (abstract conceptualization), hingga penerapan (active experimentation).

LMDH Wana Abadi, Dander-Bojonegoro

Pembelajaran yang Menghidupkan Literasi

Melalui praktik riset, peserta didik di MAN 2 Tuban tak hanya belajar teknik wawancara, observasi, atau pengumpulan data, tapi juga terbiasa membaca berbagai sumber secara kritis, menganalisis data, dan menuangkannya dalam tulisan ilmiah yang sistematis. Proses ini menjadi ruang aktualisasi literasi yang sesungguhnya. Riset bukan sekadar membaca teks, tetapi juga menyusun narasi berbasis bukti. Hal ini sejalan dengan konsep literasi riset yang ditekankan Kemendikbudristek yakni kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menciptakan pengetahuan berdasarkan data dan sumber yang kredibel.

Buku Adikara (Kumpulan Hasil Penelitian Siswa MAN 2 Tuban)


Dari Madrasah untuk Negeri

Berbagai karya riset siswa MAN 2 Tuban telah menorehkan prestasi, baik di tingkat kabupaten hingga nasional. Salah satunya adalah karya berjudul “SATUW: WEB-BASED DIGITIZATION OF THE SERAT BABAD TUBAN MANUSCRIPT AS A MEDIUM FOR DIGITAL LITERACY AND THE PRESERVATION OF LOCAL INTELLECTUAL HERITAGE” yang mengikuti ajang riset internasional. Tak hanya itu, pembelajaran riset juga melatih mental percaya diri, etika akademik, dan kolaborasi antarsiswa.

HKI Karya SATUW


Menyiapkan Generasi Riset Berkarakter

Pembelajaran riset berbasis experiential learning di MAN 2 Tuban menjadi model inspiratif dalam menjawab tantangan literasi dan inovasi pendidikan. Tidak hanya melatih keterampilan akademik, tetapi juga membentuk karakter tangguh, reflektif, dan peduli. Ketika peserta didik diberi ruang untuk mengalami bukan sekadar menerima, maka madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat peradaban belajar.

Related Posts: