MENGGUGAT DIRIKU: Sama, Tidak Sama


“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh!”
Sebuah slogan yang sering kita dengungkan, namun jarang sekali kita lakukan. Memang terkadang mudah berbicara dan berkomentar daripada melaksanakan dengan sebaik mungkin. Bersatu kita teguh, ikatan dan tali satu dengan lainnya akan membangun dan menyatukan sebuah kekuatan (energi) dalam sebuah persatuan dan kesatuan. Bercerai kita runtuh, usaha yang membutuhkan kesatuan dan kesepakatan bersama jika dibangun keangkuhan dan kesombongan tentu saja akan percuma. Jikalau tidak percuma tidaklah bertahan lama dan berlahan akan runtuh dengan sendirinya. Kesombongan dan keangkuhan seperti air hujan berlebihan dan udara lembab yang berakibat jamur dan kuman yang bermunculan. Jamur dan kuman tersebut jika sudah tumbuh dan berkembang subur dalam otak dan hati kita tentu saja cepat ataupun lambat membuat lapuknya fondasi persatuan dan kesatuan.
Perbedaan menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa ini yang semakin lama semakin menjadi. Dulu kita berbeda dan tentu saja memiliki kepentingan yang berbeda juga. Dulu kita berjuang sendiri-sendiri, bangkit sendiri dan jatuh sendiri. Terlalu lama kita berdiri, berjalan dan berlari sendiri tanpa melihat kebersamaan yang sama. Sengaja ataupun tidak sengaja kesendirian yang didasari oleh keegoisan serta keangkuhan terkikis sedikit demi sedikit oleh ombak kesengsaraan yang sama. Persamaan yang ada membuat kita bersatu untuk menyatukan kesatuan yang satu tanpa ada satunya.
Kebebasan dalam jeratan penjajahan sudah terlepas beberapa puluh tahun silam, akan tetapi rantai tidak sama itu tidak terlepas juga dari kedua kaki ini. Perbedaan menjadi masalah kita selama ini dan melupakan persamaan. Berbeda bukan menjadi problem yang besar dan tidak harus dibesar-besarkan untuk kepentingan pembesar di sebuah negeri yang besar. Masalah kita yang sudah terlalu besar jangan ditambah dengan masalah besar lagi.
Perbedaan sesungguhnya menjadi kekuatan yang sangat kuat bagi negeri ini, namun juga menjadi masalah bagi negeri ini. Jika perbedaan dijadikan masalah maka selamanya akan bermasalah, jika perbedaan ini tidak ada yang memasalahkan maka tidaklah bermasalah. Selama ini perbedaan di negeri ini tidaklah bermasalah karena semangat Bhinneka Tunggal Ika sudah tertancap dengan kokoh di jiwa raga kita. Perbedaan kita menjadi masalah karena ada yang memasalahkan untuk sebuah masalah dan saling menyalahkan. Ada yang membuat masalah dari luar ataupun dari dalam tentu saja harus diwaspadai. Sangat bermasalah jika dari luar memanfaatkan dari dalam untuk membuat masalah di dalam sehingga dengan mudahnya dimasuki dari luar.
Banyak berpendapat bahwa mencari persamaan kita akan lebih persatuan dan kesatuan terwujud dari pada mencari perbedaan yang selalu membuat konflik internal dalam masyarakat. Memang benar jika lebih baik kita mencari persamaan diantar kita! Namun hal ini seperti mengatakan bahwa kita seperti anak kecil. Cobalah kita lihat anak kecil di sekeliling kita yang bertengkar satu dengan lain karena perbedaan dan mereka berteman kembali jika ada persamaan Siantar mereka. Jangan kita seperti ini seterusnya! Cobalah kita menerima perbedaan dengan senang hati, saling menghormati, saling menghargai, karena perbedaan itu sangatlah indah dari pada persamaan yang terkesan monoton. Jika terdapat taman yang luasnya satu hektare dengan tanaman bunga mawar keseluruhan dan terjajar rapi. Indah memang tetapi terasa hampa dan tidak memiliki seni yang kontemporer padahal kita hidup di tengah dunia yang kontemporer.
Negeri ini ada karena perbedaan tersebut yang menghiasi taman seluas satu hektare dengan berbagai bunga yang memiliki warna dan aroma yang berbeda. Janganlah seperti anak kecil lagi, bolehlah jika umur kita masih belasan tahun. Namun kita sudah puluhan tahun, yang mana jika diibaratkan sudah masuk kategori dewasa bahkan tua. Di usia seperti ini tentu saja yang diharapkan keluar dari diri kita adalah kebijaksanaan dalam menyikapi sebuah masalah termasuk perbedaan. Perbedaan itu sangat indah dan janganlah merusak keindahan yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Persatuan dan kesatuan dalam sebuah perbedaan selama ini mengantarkan kita ke dalam sebuah keseimbangan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kita sama-sama manusia, sama-sama orang Indonesia, sama-sama beragama, sama-sama memiliki cita-cita yang sama. Lihatlah di persamaan itu ada perbedaan yang menujukan perbedaan kita adalah persamaan.

Bojonegoro, 20 Desember 2017

Muhammad Rofiul Alim

Related Posts:

0 Response to "MENGGUGAT DIRIKU: Sama, Tidak Sama"

Post a Comment