RENAISSANCE



Penggunaan kata Renaisans sebenarnya baru mulai digunakan pada awal abad ke 19, sebelumnya ide Renaisans lebih sering dikenal dengan sebutan kelahiran kembali. Sebenarnya agama Kristen sendiri telah mempopulerkan konsep kelahiran kembali melalui ritual baptisan yang menciptakan seorang pribadi yang terlahir kembali dengan nama Kristen yang baru. Selain dari ajaran Kristen Cicero telah mempopulerkan kata renovatio untuk menggambarkan teori Stoa mengenai siklus penghancuran dunia oleh api dan pembentukan kembali.

Ketika Francesco Petrarca (Petrarch) (1304-1374) menyarankan fajar periode baru pada abad ke-14 sebagai saat manusia menerobos kegelapan menuju gerak menuju cahaya murni dan asli, ide tersebut bukan hal yang baru. Yang baru adalah bahwa pada waktu ini ide itu menjadi populer, dan menjadi slogan gerakan-gerakan pembaharuan yang sedang merebak.

Jika ada konsep kelahiran kembali, pasti ada masa sebelum itu, masa ini dikenal sebagai zaman kegelapan Eropa. Pada awalnya terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan dimulainya masa kegelapan tersebut, tokoh-tokoh tersebut antara lain Domenico Bandini, dan Leonardo Bruni. Namun, menjelang pertengahan abad ke-15, disepakati bahwa periode abad pertengahan Eropa berlangsung selama seribu tahun, dari jatuhnya Roma sekitar tahun 412 masa kelahiran kembali 1412.

Pada abad tahun 1855, Jules Michelet menggunakan kata Renaissance dalam karyanya Histoire de France, ini merupakan penggunaan kata Renaissance yang pertama kali dalam buku sejarah. Kata Renaissance sendiri jika diterjemahkan secara literal ke dalam bahasa Inggris adalah Rebirth (kelahiran kembali).



Latar Belakang Munculnya Renaisans

Pasca keruntuhan Romawi pada abad ke-5, bangsa Eropa mengalami fase yang dinamakan dark ages. Fase ini merupakan fase stagnan kebudayaan pada masa itu. Pada masa ini bangsa Barat tertinggal jauh dari kemajuan-kemajuan kebudayaan Islam.

Akar kebudayaan klasik Eropa sesungguhnya tidak lenyap dari Eropa. Bangsa Barat mulai berusaha untuk bangkit kembali pada abad ke-9, ketika Charlemagne berusaha memulihkan kekaisaran Romawi di Barat dengna merangsang kebangkitan kembali kesusastraan, seni, arsitektur, dan lembaga-lembaga politik Romawi. Masa ini dinamakan kebangkitan kembali yang pertama.

Kebangkitan kembali berikutnya terjadi pada abad ke-12, sebagian sejarawan menganggap masa ini lebih penting ketimbang Renaisans abad ke-14, karena gagasan kebangkitan ini tersebar secara luas, dan menghasilkan sistematisasi pengetahuan ilmiah dan logika yang disebut skolatisisme. Kebangkitan ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali ekonomi hebat di seluruh Eropa: sebagai hasil perang Salib, perluasan perbatasan, peningkatan perdagangnan, dan pengembangan kota, khususnya Italia.

Unsur baru yang diperoleh dari kebangkitan intelektual abad ke-12 adalah kembali bangkitnya minat pada ilmu, dan filsafat Yunani. Hal ini dirangsang oleh kontak yang terjadi dengan orang-orang Islam selama perang Salib. Keilmuan yang kebanyakan telah hilang dari Barat, masih bertahan di daerah Islam dalam terjemahan-terjemahan, dan komentar-komentar berbahasa Arab. Tidak mengherankan para sarjana Barat seperti Gerard dan Michael Scot, berlomba pergi ke Toledo untuk belajar bahasa Arab dan menerjemahkan keilmuan Yunani ini.

Pasca diterjemahkannya literatur-literatur Yunani Kuno, bangsa Eropa mulai mengenal kembali keilmuan-keilmuan yang ditulis pada masa Yunani Kuno, salah satunya filsafat. Namun, keberhasilan penerjemahan ke dalam bahasa latin tersebut justru dianggap ancaman bagi dogma gereja. Salah kebijakan kontroversial greja adalah melarang mahasiswa di universitas baru di Paris membaca karya Aristoteles.

Golongan gereja menganggap pemikiran Aristoteles bertentangan dengan dogma gereja. Aristoteles berpendapat, sekali dunia telah digerakkan, dunia diatur oleh hukum-hukum rasional abadi yang di dalamnya tidak lagi berperan lebih lanjut dari tuhan. Selain itu Aristoteles tidak percaya pada kebakaan individu, atau kebangkitan kembali individu, ia juga berpendapat manusia jauh dari dosa karena secara alamiah bersifat sosial dan mampu mengatur dirinya di dalam komunitas politik.

Ide-ide dari pemikir Yunani tersebut jika diterima, tentu saja akan mengacaukan struktur dunia Kristen. Pada kenyataannya terbukti sangat sulit untuk mendamaikan ide-ide klasik dengan ide Kristen, khususnya. Pada abad ke-14 muncul suatu gerakan Renaisans pimpinan Petrarch, yang menjadikan kebudayaan klasik sebagai model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia. Renaisans merupakan gerakan gerakan budaya yang mempunyai pengaruh besar pada kehidupan intelektual Italia, pada abad ke-14.

Pada abad ke-14, negara-negara kota di Utara Italia cukup makmur dan damai untuk menopang seniman, dan penulis kelas atas. Ini yang membuat suasana mendukung untuk mendorong inovasi kebudayaan Renaisans. Pengaruh kebudayaan Renaisans dirasakan dalam bidang sastra, seni, ilmu pengetahuan, dan politik.


Kota-Kota Italia Sebagai Pelopor Renaisans

Kekayaan Ekonomi di Italia merupakan faktor terbesar di dalam politik negeri periode ini. Kota-kota Italia pada abad-14 meskipun masih dipimpin oleh kekuatan Gereja dan bangsawan, namun mulai muncul keinginan penduduk untuk mempunyai andil di dalam pemerintahan, dan di berbagai kota mereka bahkan mengambil alih pemerintahan, menyebut diri mereka sendiri sebagai “komuni” ketika mereka berhasil melengserkan kaum pendeta, dan bangsawan dari monopoli kekuasaan.

Italia mempunyai komuni yang paling banyak jika dibandingkan dengan bangsa Eropa lainnya. Setidaknya terdapat lima negara  kota yang bersaing untuk mendominasi:  Republik Venice, Tanah Bangsawan Milan, Republik Florence, Negara Papal, Kerajaan Naples. Negara kecil lain, seperti pusat seni dan intelektual Ferrara, dan Modene, memainkan peran kecil tapi krusial.

Jika melihat tingkat kemerdekaan, dan kebebasan kota-kota Italia, dan peran rakyat jelata serta para seniman di dalam pemerintahan mereka.  Di dalam bisnis besar Florence para pemegang modal mempunyai pandangan yang lebih dekat dengan bangsawan, ketimbang orang biasa. Sehingga kebijakan-kebijakan komuni ini tetap bersifat konservatif, dan membatasi rakyat jelata.

Monopoli yang dilakukan oleh pemegang modal bukannya tidak mendapat tentangan, rakyat (pedagang, tukang ahli, dan buruh) berusaha menjaga argumen republikan tetap hidup. Mereka berusaha mencegah para pemegang modal melaksanakan monopoli kekuasaan absolut. Rakyat jelata inilah, yang menciptakan ledakan konsumen yang mendorong kebangkitan kembali seni klasik. Kemakmuran kota-kota Italia juga berasal dari perdagangan dengan kota-kota luar Italia, hal ini ikut membentuk etos kehidupan di Italia.

Selain kemakmuran, yang membantu menjelaskan mengapa Renaisans mengambil bentuk seperti yang di Italia, dalam hubungan dengan kebudayaan klasik.  Ketika Romawi runtuh kebudayaan klasik Romawi tidak sepenuhnya hilang dari Italia, melainkan akar-akar budaya klasik tersebut masih ada, dan pada abad-14 ini budaya-budaya klasik tersebut mulai bangkit kembali.

Terdapat kesepakatan mendasar antara Kristeller dan Burckhardt dalam persepsi mereka bahwa tradisi ilmiah warisan klasik hanyalah salah satu dari berbagai unsur yang membentuk Renaisans, atau yang membidani kelahiran Humanisme. Burckhardt bersikeras menyatakan bahwa yang paling berperan adalah kecerdasan bangsa Italia, sedangkan Kristeller bersikeras bahwa unsur lainnya adalah kepustakaan yang diproduksi para humanis Italia.

Namun, dari pendapat Kristeller dan Burckhardt tersebut, mereka mengabaikan salah satu aspek penting yang mendasari munculnya Renaisans di Italia. Aspek itu adalah hubungan antara Sisilia dan dunia Islam pada Abad Pertengahan. Perlu dicatat Sisilia pernah berada dalam pemerintahan  dinasti Islam, yang dimulai dari masa dinasti Aghlabiyah, kemudian mencapai puncaknya pada masa dinasti Fatimiyah. Sisilia pada masa Fatimiyah mengalami kemajuan pesat, akibat dijadikan sebagai pangkalan persenjataan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dinasti-dinasti Islam membawa pengaruh terhadap kemajuan budaya Italia, karena melihat dari realitasnya pada masa itu bangsa Eropa jauh tertinggal jika dibandingkan dengan dinasti-dinasti Islam. Banyak hal yang ditiru negara-negara Eropa dari budaya Islam tersebut, mulai dari sistem pendidikan pondok, metode pengajaran, sistem hukum, dan pengajaran dalam kajian Humanisme.

Related Posts:

12 Responses to "RENAISSANCE"