Di tengah arus deras disrupsi informasi, kemampuan literasi dan riset menjadi kompetensi kunci yang harus dimiliki peserta didik abad ke-21. Sayangnya, data dari PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirilis OECD menunjukkan bahwa tingkat literasi membaca peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara anggota OECD. Lantas, bagaimana dunia pendidikan merespons tantangan ini? Di MAN 2 Tuban, salah satu madrasah di Jawa Timur, pembelajaran riset diintegrasikan secara nyata melalui pendekatan experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang mengalami, merefleksi, dan membangun pengetahuan melalui praktik nyata.
Riset yang Dimulai dari Masalah Nyata
Alih-alih menjadikan riset sebagai tugas akhir yang teoritis dan membosankan, riset di MAN 2 Tuban mendorong peserta didik untuk memulai dari hal yang dekat: lingkungan sekitar, isu sosial, hingga potensi lokal. Beberapa siswa meneliti hubungan habituasi mitos dan konservasi air di Goa Ngerong, Shalawat Badar dan KH Ali Mansur, dan persepsi tentang Bus Mas Ganteng. Pendekatan ini membangun critical thinking dan problem solving yang nyata, sekaligus menumbuhkan kepekaan sosial dan semangat kontribusi. Sesuai dengan tahapan experiential learning dari David Kolb, dimulai dari pengalaman konkret (concrete experience), refleksi (reflective observation), konseptualisasi (abstract conceptualization), hingga penerapan (active experimentation).
![]() |
LMDH Wana Abadi, Dander-Bojonegoro |
Pembelajaran yang Menghidupkan Literasi
Melalui praktik riset, peserta didik di MAN 2 Tuban tak hanya belajar teknik wawancara, observasi, atau pengumpulan data, tapi juga terbiasa membaca berbagai sumber secara kritis, menganalisis data, dan menuangkannya dalam tulisan ilmiah yang sistematis. Proses ini menjadi ruang aktualisasi literasi yang sesungguhnya. Riset bukan sekadar membaca teks, tetapi juga menyusun narasi berbasis bukti. Hal ini sejalan dengan konsep literasi riset yang ditekankan Kemendikbudristek yakni kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menciptakan pengetahuan berdasarkan data dan sumber yang kredibel.
![]() |
Buku Adikara (Kumpulan Hasil Penelitian Siswa MAN 2 Tuban) |
Dari Madrasah untuk Negeri
Berbagai karya riset siswa MAN 2 Tuban telah menorehkan prestasi, baik di tingkat kabupaten hingga nasional. Salah satunya adalah karya berjudul “SATUW: WEB-BASED DIGITIZATION OF THE SERAT BABAD TUBAN MANUSCRIPT AS A MEDIUM FOR DIGITAL LITERACY AND THE PRESERVATION OF LOCAL INTELLECTUAL HERITAGE” yang mengikuti ajang riset internasional. Tak hanya itu, pembelajaran riset juga melatih mental percaya diri, etika akademik, dan kolaborasi antarsiswa.
![]() |
HKI Karya SATUW |
Menyiapkan Generasi Riset Berkarakter
Pembelajaran riset berbasis experiential learning di MAN 2 Tuban menjadi model inspiratif dalam menjawab tantangan literasi dan inovasi pendidikan. Tidak hanya melatih keterampilan akademik, tetapi juga membentuk karakter tangguh, reflektif, dan peduli. Ketika peserta didik diberi ruang untuk mengalami bukan sekadar menerima, maka madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat peradaban belajar.
0 Response to "Pembelajaran Riset Berbasis Experiential Learning di MAN 2 Tuban: Menjawab Tantangan Literasi Abad 21"
Post a Comment